Psy - Gangnam Style Farmakognosi: Januari 2017

Kamis, 19 Januari 2017

cara membuat tinctura

cara membuat tinctura


Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi (Dirjen POM, 1979)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia. Jumlah obat dalam tingtur yang berbeda tidak selalu seragam, tetapi bervariasi sesuai dengan masing-masing standard yang telah ditetapkan. Secara tradisional, tingtur dari tumbuhan berkhasiat obat menunjukkan aktivitas 10 gram obat dalam tiap 100 ml tingtur. Potensi ditetapkan setelah dilakukan penetapan kadar. Sebagian tingtur tumbuhan lain mengandung 20 gram bahan tumbuhan dalam tiap 100 ml tingtur (Djoko Hargono, 1986).
Cara pembuatan tingtur menggunakan 2 cara yaitu sebagai berikut:
1.  Cara perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip kerja dari cara ini adalah:
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan.
Kekuatan yang berperan dalam perkolasi antara lain : gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis, adhesi, daya kapiler dan daya gerakan (friksi).
2.  Cara maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi diakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi, maka larutan yang terpekat dideak keluar. Peristiwa tersebut berulang-ulang sehingga konsentrasi antara  larutan  di luar sel - sel dan didalam sel mengalami keseimbangan (Djoko Hargono, 1986).
Pembagian Tingtur
1.  Menurut cara pembuatan
a.  Tingtur asli
Adalah tingtur yang dibuat secara maserasi atau perkolasi.
Contoh tingtur secara maserasi :
1)  Opii Tincture
2)  Valerianae Tincture
3)  Capsici Tincture
4)  Myrhae Tincture
5)  Opii Aromatic Tincture
6)  Polygalae Tincture
Comtoh tingtur secara perkolasi:
1)  Belladonae Tincture
2)  Cinnamomi Tincture
3)  Digitalis Tincture
4)  Lobelia Tincture
5)  Strychnine Tincture
6)  Ipecacuanhae Tincture
b.  Tingtur tidak asli atau palsu
Adalah tingtur yang dibuat dengan jalan melarutkan bahan dasar atau bahan kimia dalam cairan pelarut tertentu.
Contoh tingtur tidak asli:
1)  Iodie Tincture
2)  Secalis Cornuti Tincture
2.  Menurut kekerasan (Perbandingan bahan dasar dengan cairan penyari)
a.  Tingtur keras
Adalah tingtur yang dibuat dengan menggunakan 10% simplisia berkhasiat keras.
Contoh tingtur keras:
1)  Belladonae Tincture
2)  Digitalis Tincture
3)  Opii Tincture
4)  Lobelia Tincture
5)  Stramonii Tincture
6)  Strychnine Tincture
7)  Ipecacuanhae Tincture
b.  Tingtur lemah
Adalah tingtur yang dibuat menggunakan 20% simplisia yang tidak berkhasiat keras.
Contoh tingtur lemah:
1)  Cinnamomi Tincture
2)  Valerianae Tincture
3)  Polygalae Tincture
4)  Myrhhae Tincture
3.  Berdasarkan cairan penariknya
a.  Tincture aetherea, jika cairan penariknya adalah eter atau campuran eter dengan etanol. Contoh : Tincture Valerianae Aetherea.
b.  Tincture Vinosa, jika cairan yang dipakai adalah campuran anggur dengan etanol. Contoh : Tincture Rhei Vinosa (Vinum Rhei)
c.   Tincture Acida, jika kedalam etanol yang dipakai sebagai penarik ditambahkan suatu asam sulfat. Contoh : Tincture Acida Aromatica
d.  Tincture  Aquosa,  jika cairan penarik yang dipakai adalah air. Contoh : Tincture Rhei Aquosa.
e.  Tincture Composita, adalah tingtur yang didapatkan jika penarikan yang dilakukan dengan cairan penarik selain etanol. Hal ini harus dinyatakan pada nama tingtur tersebut, misalnya campuran simplisia. Contoh :Tincture Chinae Composita.
(Syamsuni  A, 2006).
B. Uraian Metode
1.  Metode Maserasi
Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan sebagai  berikut: masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana, tuangi dengan 75  bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari.enap tuangkan atau saring. (Dirjen POM,1979,hal.33)
2.  Metode Perkolasi
 Perkolasi kecuali dinyatakan lain dilakukan sebagai berikut: Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan kedalam  bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit kedalam perkolator sambil tiap kali ditkan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1ml per menit. Tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat caran penyari secukupnya diatas simplisia, sehingga diperoleh 80 bagian perkolat. peras massa, campur cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, enap tuangkan atau saring.
Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperolah 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya. Atur kadar hingga memenuhi syrat, jika perlu encerkan dengan cairan penyari secukupnya (Dirjen 

cara membuat ekstrak

cara membuat ekstrak



Pengertian  ekstraksi 
Yaitu cara untuk memperoleh sediaan yang mengandung senyawa aktif dari suatu bahan alam dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Mengapa obat herbal harus diekstraksi?
Agar ekstrak hanya mengandung senyawa aktif yang terkandung didalam simplisia/ bahan alam sehingga perlu dipilih cairan penyari yang paling optimal mampu menarik senyawa aktif.
Bahan herbal yang  diekstraksi
Bahan yang diekstraksi bisa berupa bahan segar maupun bahan kering. Untuk bahan kering harus dikecilkan dahulu ukuran partikelnya (diserbuk).
Syarat pelarut yang digunakan
  • Selektif
  • Stabil secara fisik dan kimia
  • Ekonomis
  • Keamanan
  • Ramah lingkungan
Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan lainnya. Ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
Metode Ekstraksi
Ada beberapa metode ekstraksi simplisia bahan alam, antara lain maserasi, infundasi, digesti, perkolasi dan soxletasi.  Keterangan singkatnya sebagai berikut :
Maserasi
  • Ekstraksi bahan dengan pelarut pada suhu kamar selama waktu tertentu dengan sesekali diaduk/digojok.
  • Remaserasi : dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama.
  • Maserasi kinetik : dilakukan pengadukan terus-menerus.
  • Digesti : maserasi kinetik yang dilakukan pada suhu diatas suhu kamar, biasanya pada suhu 40-50°C.
Caranya :
Sejumlah bahan ditempatkan pada wadah tertutup, ditambah dengan pelarut dengan perbandingan kira-kira 1:7. Diamkan selama 5 hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya dengan sesekali diaduk. Setelah itu, cairan dipisahkan, buang bagian yang mengendap.
Infundasi
Panci Infusa
Infundasi merupakan metode ekstraksi dengan pelarut air. Pada waktu proses infundasi berlangsung, temperatur pelarut air harus mencapai suhu 90ºC selama 15 menit.
Rasio berat bahan dan air adalah 1 : 10, artinya jika berat bahan 100 gr maka volume air sebagai pelarut adalah 1000 ml.
Caranya :
Serbuk bahan dipanaskan dalam panci dengan air secukupnya selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90ºC sambil sekali-sekali diaduk. Saring selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan. Apabila bahan mengandung minyak atsiri, penyaringan dilakukan setelah dingin.
Dekoksi
Dekoksi merupakan proses ekstraksi yang mirip dengan proses infundasi, hanya saja infuns yang dibuat membutuhkan waktu lebih lama (≥ 30 menit) dan suhu pelarut sama dengan titik didih air.
Caranya :
Serbuk bahan ditambah air dengan rasio 1 : 10, panaskan dalam panci enamel atau panci stainless steel selama 30 menit. Bahan sesekali sambil diaduk. Saring pada konsidi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume yang diinginkan.
Perkolasi
Perkolator 60 liter
Perkolasi adalah proses ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna. Secara umum proses perkolasi ini dilakukan pada temperatur ruang. Sedangkan parameter berhentinya penambahan pelarut adalah perkolat sudah tidak mengandung senyawa aktif lagi. Pengamatan secara fisik pada ekstraksi bahan alam terlihat tetesan perkolat sudah tidak berwarna.
Caranya :
Serbuk bahan dibasahi dengan cairan penyari dan ditempatkan pada bejana silinder. Bagian bawah bejana diberi sekat berpori untuk menahan serbuk. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel yang dilalui sampai keadaan jenuh.
Soxkletasi
Alat Sokhlet
Yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus soxklet sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik.
Caranya :
Serbuk bahan ditempatkan pada selongsong, lalu ditempatkan pada alat soxhlet yang telah dipasang labu dibawahnya. Tambahkan pelarut sebanyak 2 kali sirkulasi. Pasang pendingin balik, panaskan labu, ekstraksi berlangsung minimal 3 jam dengan interval sirkulasi kira-kira 15 menit.

cara pembuatan simplisia

cara pembuatan simplisia

apa sih simplisia itu? bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. simplisia dibagi menjadi 2 bagian :


simplisia nabati 








Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.




simplisia hewani









Simplia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang merupakan bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain :
1. Bahan baku simplisia.
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.
3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.
Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka
ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat minimal yang ditetapkan.




Dasar Pembuatan Simplia
a.Simplisa dibuat dengan cara pengeringan.
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlau tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan waktu lam akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibakan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang sama pada pengeringan dan tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat denganproses fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama, agar proses tersebut berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan, eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman pathogen, logam berat dan lain-lain.
Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan atau
pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia. Agar diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap, seyogyanya disediakan contoh pada tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti dan memenuhi syarat yang mana dapat dipergunakan sebagai pembanding simplisia.
Pada tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu diperlukan pengujian mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding. Contoh simplisia pembanding tersebut disimpan pada tempat secara khusus untuk menjaga mutunya, dan setiap jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila kedapatan penurunan mutu maka perlu dilakukan pergantian simplisa pembanding ang baru.
Secara umum, simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringan, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berbau dan berubah warna, berserangga atau termakan serangga harus dilakukan penolakan oleh penerimanya. Pada pemeriksaan mutu simplisia, pemeriksaan dilakukan dengan cara organoleptik, makroskopik, mikroskopik atau dengan cara kimia. Beberapa jenis simplisia tetentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara biologi.
Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan cara mengamati bentuk, warna dan bau simplisia. Ada kalanya membutuhkan alat optik berupa kaca pembesar maupun mikroskop. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia dan pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktif.
Sebelum disortir, sebaiknya simplisia diayak atau ditampi dulu untuk membuang debu/ pasir yang terikut pada simplisia. Besar kcilnya lubang ayakan disesuaikan dengan ukuran simplisia, misalnya ayakan untuk jinten hitam dan ayakan unyuk kulit kina harus berbeda. Untuk memisahkan bahan organik asing dapat dilakukan sortasi manual dengan menggunakan tangan.
Cara mencegah kerusakan simplisia pada penyimpanan, terutama adalah memperhatikan dan menjaga kekeringan. Untuk itu pembungkusan dan pewadahan simplisia harus disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari simplisia tersebut.
Simplisia yang dapat menyerap uap air/ udara, dimasukkan atau dibungkus dalam wadah yang rapat, jika perlu dalam wadah yang diberi kapur tohor untuk bahan pengering. Simplisia yang pada saat penerimaan belum cukup bersih, dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup kering, dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai baru disimpan dalam gudang simplisia.


Farmakognosi

farmakognosi 



Apa sih farmakognosi itu ? Farmakognosi merupakan salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.Farmakognosi  sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.


Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistematikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.

Beberapa istilah dalam pelajaran farmakognosi antara lain:

Simplisia : adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia nabati : adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Eksudat tanaman : Adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia hewani : adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia mineral : adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah atau dioleh dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Alkaloida : adalah suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman , yang mempunyai efek fisiologis kuat/keras terhadap manusia.
Glikosida : adalah suatu zat yang oleh enzim tertentu akan terurai menjadi satu macam gula serta satu atau lebih bukan zat gula. Contohnya amigdalin, oleh enzim emulsin akan terurai menjadi glukosa + benzaldehida + asam sianida.
Enzim : Adalah suatu biokatalisator yaitu senyawa atau zat yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia / metabolisme dalam tubuh organisme.
Vitamin : adalah suatu zat yang dalam jumlah sedikit sekali diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk metabolisme tubuh. Tubuh manusia sendiri tidak dapat memproduksi vitamin.
Hormon : adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang mampengaruhi faal, tubuh dan mempengaruhi besar bentuk tubuh.
Pemerian : Adalah uraian tentang bentuk, bau, rasa, warna simplisia, jadi merupakan informasi yang diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa bagian tanaman (kulit, daun, akar, dan sebagainya)